Kamis, 29 Desember 2016

Hakekat Melukis Foto Wajah / Portrait Wajah


Pokok penting dan mendasar yang perlu Anda ketahui

1- Hakekat Melukis (menggambar) Potret Wajah
2- Antara Foto vs Lukisan Potret Wajah
3- Prinsip Dasar Melukis Foto/Potret Wajah
4- Hak dan Kewajiban dalam Lukisan Wajah
5- Tip: Cara sederhana menimbang kualitas Lukisan Wajah
(juga lukisan realism pada umumnya)

1- Hakekat Melukis (menggambar) Potret Wajah

Pada hakekatnya melukis potret wajah  adalah  sebuah  fenomena proses pengendalian diri yang luar biasa. (Herri Soedjarwanto).
Kalian bisa bayangkan…
seorang seniman yang terbiasa hidup bebas merdeka lahir bathin.. .
terbiasa melepaskan segala ide dan gagasannya  melayang  tanpa batas…
terbiasa menumpahkan segala  emosi  jiwa nya yang menggelora  dengan liar dan garang  ke atas kanvas…

Sekarang ini…  (saat melukis wajah)… dia harus  bisa meredam dan mengendalikan semuanya itu  dengan sangat bijaksana…  Karena semua hal harus terukur dan ada batasannya.. harus seimbang dan harmonis..

Dia harus mampu menahan emosinya yang meluap-luap dan meledak-ledak
Dia tak boleh menghambur-hamburkan  energi  bathinnya dengan liar dan  sia-sia…
Dia harus mampu mengendalikan pikiran dan perasaannya dalam keseimbangan yang tepat..
Dia harus tetap memfocuskan energinya ke satu titik...fokus..fokus  dan focus lebih dalam lagi...
Sungguh... itu semua tidak mudah.. Itu adalah hal yang sangat berat untuk dilakukan... yang tak semua seniman / pelukis mampu melakukannya..

Karena pada dasarnya, memang lebih gampang melampiaskan emosi (energy bathin) yang meluap-luap secara garang , meledak-ledak, liar tak terkendali dan membabi buta,  ketimbang  menahan emosi, kemudian mengendalikan dan menyalurkan energinya dengan anggun, elegan, terarah dan terfokus..

2- Antara Foto vs Lukisan Potret Wajah
Ada hal teramat  penting yang harus diingat bila melukis potret wajah realisme  dari foto, yaitu:
 Hasil akhir LUKISAN  HARUS LEBIH BAGUS DARI FOTO(acuan)NYA..!
Kenapa HARUS?  Sebab kalau sampai terjadi : fotonya masih lebih bagus daripada lukisan yang dibuat berdasarkan foto tersebut, maka… lukisan itu  akan dinilai / dianggap lukisan berkualitas rendah.. sebab: " lukisannya terlihat  lebih jelek dibandingkan foto acuannya.."

Keluhan umum yang sering terdengar: " Buat apa pesan lukisan mahal-mahal, bila jadinya  kualitasnya lebih rendah dari pada fotonya?  Lebih baik  fotonya saja dicetak yang besar ".
Kekecewaan semacam itu, lambat laun menimbulkan anggapan miring di tengah masyarakat : “Seni lukis realisme tak dibutuhkan lagi, sudah ada foto, cukup sekali jepret saja hasilnya sudah lebih bagus”. Ironisnya anggapan yang salah kaprah ini didukung pula oleh kebanyakan para akademisi senirupa, yang sejatinya tak paham realisme.

Untuk mereka yang beranggapan seperti itu, perlu saya tegaskan bahwa :

“Pernyataan itu hanya benar dan berlaku bagi orang dan pelukis yang belum cukup ilmu, yang pemahaman dan penguasaan realismenya masih kurang. Bagi mereka, memang, membuat lukisan menjadi lebih bagus dari fotonya adalah suatu hal yang mustahil…

Tapi bagi seorang p
elukis sejati, dia akan berkata: “Beri saya selembar foto (wajah) , dan saya akan membuat sebuah lukisan yang jauh lebih bagus dari fotonya.” Dan kemudian ia buktikan bahwa sesungguhnya seniman sejati mustahil dikalahkan oleh kamera.”
3- Prinsip Dasar Melukis Foto/Potret Wajah
Saya punya  prinsip dan komitmen yang tegas soal lukisan potret wajah..
“Saya tidak mau hanya sekedar mengcopy , membuat lukisan wajah yang sama dengan fotonya, tidak . Saya mau membuat lebih dari itu.
Saya ingin membuat sebuah karya seni berdasarkan foto itu. Sebuah lukisan yang bisa dipertanggung jawabkan bobot kualitasnya, bahkan  layak dipamerkan  di Istana atau di museum sekalipun. Saya menjamin  lukisan wajah yang saya buat  akan lebih bagus  dan “lebih hidup” dari pada foto aslinya”.  (Herri Soedjarwanto)

4- Hak dan Kewajiban dalam Lukisan Wajah
Menurut saya : Tugas / kewajiban seorang pelukis potret wajah ( portraitist) adalah memperbaiki kesalahan dan menambah kekurangan yang ada dalam foto. Sehingga targetnya adalah: lukisannya harus menjadi lebih bagus, lebih hidup, lebih indah dan lebih berbobot daripada foto acuannya, tapi harus tetap persis karakter wajahnya. 

Target
ini adalah hak yang harus didapatkan oleh si pemesan lukisan juga penikmat seni pada umumnya..

Kalau pelukis tak mampu mencapai target itu, berarti : (1)- lukisan itu gagal atau mungkin , (2)- sang pelukis memang belum cukup ilmu, masih harus lebih banyak belajar lagi..

5- Cara sederhana menimbang kualitas Lukisan Wajah ( juga lukisan realism pada umumnya)
1)- Bandingkan dengan cara sandingkan lukisan yang telah dibuat dengan foto acuannya.
Sandingkan dengan foto ukuran aslinya dan/atau  foto yang lebih besar lagi , syukur bisa sama besar dengan ukuran  lukisannya  (asalkan pixelnya tidak sampai pecah) .. Dengan cara itu , selain soal kemiripan / kepersisan dengan wajah bisa diperiksa, juga akan terlihat jelas kualitasnya : apakah lukisannya  yang lebih bagus , lebih hidup, lebih berbobot , lebih indah dari pada fotonya ??.. atau justru sebaliknya … Fotonya masih lebih bagus daripada lukisannya…? 

2)- Potretlah sebuah lukisan dengan kamera standar.
Bila hasil print foto lukisan itu tidak lebih bagus dari lukisannya, berarti lukisan tersebut lukisan bagus.. Jika sebaliknya,  hasil print foto lukisan itu lebih bagus dari lukisannya, berarti lukisan tersebut tidak / kurang bagus.. Kenapa begitu?

Lukisan realism yang bagus, yang terlihat matang dan hidup itu,  mengandung banyak gradiasi tone warna yang sangat lembut (high key) yang tak mampu ditangkap dengan baik oleh lensa kamera.. sedangkan lensa mata manusia yang lebih peka masih mampu melihatnya. Sehingga lukisannya akan terlihat bagus, sedangkan  hasil fotonya akan selalu nampak lebih buruk.

Sebaliknya lukisan yang hanya sedikit tone warnanya, akan sangat mudah ditangkap oleh lensa kamera secara maksimal, sehingga hasil fotonya terlihat lebih bagus dari lukisan aslinya yang miskin tone warna..  .

Source :
http://herri-solo.blogspot.co.id/2013/01/hakekat-melukis-potret-wajah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar